Friday, January 3, 2014

The I King

Barusan aku lihat film The Lion King. Ada yang pernah nonton?
Buatku film itu terlalu megah pada zamannya. Dan lagi, It's a kid story yang dikemas untuk semua umur. Dan kerennya dari zaman aku pertama kali nonton sampai sekarang aku masih suka. Padahal film ini dirilis pada tahun 1994, lebih tua dari pada aku.

Buatku dulu, yang menarik dari film ini adalah musiknya. Megah!
Buatku sekarang, the sory line.

Simba adalah anak Raja Mufasa. Lalu Mufasa dibunuh oleh adiknya Scar namun Simba yang masih kecil saat itu dituduh yang telah membunuh Ayahnya sendiri. Dan dia harus berjuang sampai akhir tanpa Ayahnya.

Well, sort of like me. Aku begitu bergantung pada Ayah dulu. Aku juga merasa asing dengan diriku sendiri ketika bulan-bulan pertama aku dia tinggalkan. Tapi Aku menjadi Simba dewasa kemudian. Berjuang sampai akhir tanpa Ayahnya, dengan usahanya sendiri (Oh ya, teman-temannya menolong).

Dan.. satu pelajaran lagi yang aku dapat dari menonton film ini. " Oh yes, the past can hurt. But from the way I see it, you can either run from it, or... learn from it."

Simba punya kenangan buruk. Simba juga punya permasalahan di hidupnya. Dia pernah melarikan diri (well,  anggap saja waktu itu dia masih balita. Nggak ada yang tau umur Simba, kan? Lagi pula kedewasaan seorang manusia dan seekor singa tidak bisa dibandingkan). Tapi dia kemudian sadar bahwa melarikan diri tidak menyelesaikan permasalahan.

That's it! Jangan pernah kabur dari masalah! Selesaikan!

Dan itu akan menjadi peganganku sekarang.

I am the I king. 

Realistis

Pernah dengar, "Kunci sukses itu adalah menjadi lebih baik daripada orang lain."

Menurutku, itu mustahil. Karena jika seseorang mengatakan, "Aku lebih baik darinya, " ketika itu juga ada seseorang yang mengatakan. "Aku lebih baik darimu."

Tidak akan ada habisnya. Tidak akan pernah ada yang lebih baik.