Thursday, August 23, 2012

Aku Merindukanmu

Aku sedang merindukan seseorang.

Kalau kau menebak seseorang itu adalah seseorang yang aku sayangi, itu benar. Tapi kalau kau kemudian menebak seseorang itu adalah seorang laki-laki, kau salah kali ini. Aku sedang merindukan seorang perempuan cantik. Dia adalah sahabatku, Dewi.

Dewi adalah salah satu sahabat terdekatku yang baru aku kenal setelah kami berdua masuk di SMP yang sama. Walaupun selama 3 tahun kami selalu berbeda kelas, namun kedekatan kami benar-benar tidak terbantahkan.

Awalnya aku mengenalnya sebagai sahabat dari pacar seseorang yang aku pernah sukai. Waktu itu aku ingat, orang yang pernah aku sukai dan pacarnya bersama dengan mantan pacar Dewi datang ke SMP kami. Tapi seiring berjalannya waktu, kami menjadi dekat. Kami saling mempunyai rahasia masing-masing dan kami saling menjaga rahasia kami.

Walaupun aku dan Dewi jarang pergi bersama, tapi kami sering mengobrol di sekolah. Aku selalu ingat aku, dia, dan salah seorang sahabatku yang lain selalu pulang terlambat dan kami mengobrol di lantai 2 sekolah kami. Di depan kelas 8D (waktu itu). Sampai-sampai kami terlalu nyaman dan mengobrol sambil tiduran di lantai. Kami juga sering aduk score di Guitar Hero.

Kesamaan kami tidak banyak. Itulah anehnya. Kami sama-sama menyukai Avenged Sevenfold (dan kami juga mengidolakan The Rev), kami menggunakan ponsel yang sama waktu itu. Sudah. Hanya itu. Aku sudah memutar otakku tapi aku masih belum menemukan apa kesamaanku dengannya. Mungkin kalau aku sudah ingat, aku akan mengupdate post ini sesegera mungkin.

Perbedaan kami? Tentu saja banyak. Tipe cowok kami berbeda. Kapasitas otak kami berbeda. Figur kami berbeda. Latar belakang keluarga kami berbeda. Kisah cinta kami berbeda. Dan pelajaran favorit kami berbeda. begitu banyaknya sampai aku malas membahasnya. karena topiknya memang bukan perbedaan aku dan sahabatku.

Bagi yang bertanya bagaimana Dewi, sepertinya aku pernah memposting bagaimana dia di suatu tempat di bloh ini juga. Kalian cari sendiri saja.

Dewi itu begitu anggun (aku juga sebenarnya meragukan ini. Walaupun dia memang anggun dan dia memang lebih anggun dari aku, tapi saat denganku Dewi tidak pernah jaim). Kulitnya putih dan tubuhnya proposional. Ia berkerudung dan dia bisa membaca Al-Quran dengan lancar. Ia sudah sholat 5 waktu juga dengan khusuk. Senyumnya cerah, matanya bersinar. Pipinya sedikit tembam tapi sudah kubilang dia tidak gemuk. Dia adalah salah satu anggota Pleton Inti di SMPku dan dia juga salah satu Pleton inti di SMAnya. Menarik,
bukan?

Itulah kenapa kadang, aku merasa minder ketika aku berteman dengannya. Aku dan dia begitu berbeda. Bagai langit dan bumi, bagai panas dan dingin, bagai laut dan daratan. Itulah perbedaan kami. Kami hanya berbeda, bukan bermusuhan.

Tapi saat aku bersamanya, aku benar-benar merasa nyaman. Aku bahkan menceritakan semuanya. Apa yang aku sedihkan, apa yang aku senangkan, apa yang aku khawatirkan, apa yang aku rasa kecewa, apa yang aku semuanya. Semuanya yang ada di kepalaku. Dia terlihat seperti kakak perempuan juga seperti adik kecilku. Kadang dia sangat dewasa. Seperti saat kami sedang berada di Bali, saat aku teringat ayahku dia langsung menutup telingaku dan berdiri di sampingku, "Jangan di dengar. Jangan di lihat." Saat itu dia akan sholat dia bilang, "Kalau kau nggak kuat lihat dia main gitar, kamu di bis aja." Kadang juga dia seperti anak kecil. Dia begitu polos sampai dia meletakkan botol minumnya di bawah kursi saat menonton film di bioskop,. Atau saat dia ketakutan ketika kupu-kupu lewat, dan bagaimana senangnya dia saat kami membelikan boneka kodok untuk ulang tahunnya.

Aku selalu takut kehilangan dia. Seorang sahabat yang begitu lengkap. Aku bahkan sangat menginginkan dia masuk SMA yang sama denganku. Sayangnya, kami masuk SMA yang berbeda pada akhirnya. Dia masuk SMA yang dekat dengan rumahnya, begitu juga dengan aku yang masuk SMA yang dekat dengan rumahku. Tapi walaupun kami berbeda SMA, setidaknya kami sering menulis di wall facebook masing-masing. Kami juga sering mengirim pesan singkat. Dan dia mengunjungi rumahku setahun setidaknya sekali. Aku ingat lebaran 2010 kemarin dia datang dengan pacarnya. Liburan semester 1 tahun 2010 itu juga ia datang ke rumahku tepat saat ulang tahun pacarnya yang juga temanku. Dan terkahir, dia datang ke rumahku Bulan Februari 2011 lalu. itu benar-benar kunjungan terakhirnya di rumahku. Sekaligus hari terakhir aku bertemu dengannya.

Juli setahun yang lalu saat aku dan teman-temanku sedang duduk di depan kelas di seminggu pertama setelah kami resmi menjadi anak kelas 11 SMA, salah seorang sahabatku dari SMP memanggil namaku dari kejauhan. Kemudian dia berkata bahwa Dewi kecelakan.

Aku terkejut.Tentu saja aku terkejut. siapa yang tidak terkejut mendengar sahabatnya kecelakaan. Kemudian dia melanjutkan bahwa Dewi meninggal. Seperti tersambar petir. Aku benar-benar tidak percaya. Ketika aku bertanya siapa yang memberitahunya, dia menjawab salah satu teman dekatnya yang juga ternyata satu SMP denganku yang kebetulan satu SMA dengan Dewi yang mengabarinya. Aku pikir itu hanya kecelakaan biasa. Mana mungkin Dewi meninggal.

Aku berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa itu hanya kabar burung. Dan aku sangat berharap bahwa Dewi hanya kecelakaan biasa jadi aku bisa bertemu dengannya lagi. Jadi aku mengirim pesan pada temanku yang lain yang juga satu SMA dengannya. Dia menjawab di SMAnya juga tersebar berita yang sama. Dia juga belum tahu pasti. Dia hanya tahu bahwa Dewi kecelakaan saat dia berangkat sekolah kemudian di bawa ke RS Sardjito. Aku berpikir, "Ah, Dewi sudah ada di rumah sakit. Dia pasti baik-baik saja." Tapi beberapa menit kemudian, temanku itu mengirimiku pesan singkat yang mengabarkan bahwa Dewi benar-benar sudah meninggal.

Aku seperti kehilangan jiwaku. Aku langsung menundukkan kepalaku padahal saat itu sedang pelajaran Bahasa Inggris. Guruku, Pak Heru yang tahu apa yang terjadi karena sebelum ia masuk kelas, ia mendengar kabar yang disampaikan temanku tadi. Beliau berusaha menghiburku dan menuntunku untuk mendoakan Dewi.

Pulang sekolah, Aku dan teman-teman dekat Dewi (yang satu sekolah denganku) langsung pergi menuju rumah Dewi. Dan saat peti yang menjadi tempat tidur Dewi saat itu datang, Air mataku langsung tumpah tanpa bisa dihentikan. Kemudian, setelah beberapa prosesi Dewi di antar menuju rumah terakhirnya. Saat prosesi itu, adiknya membawa foto Dewi dan aku benar-benar merasa kehilangan. Aku menangis, jauh lebih deras dari saat ini ketika aku  kembali mengenang Dewi dalam pikiranku. Petinya berwarna putih di angkat. Dan kemudian aku mengucapkan kata perpisahan untuk Dewi.

Aku pernah membaca karya tulis pendek yang menceritakan tentang perpisahan seperti ini. Si penulis berkata, "Definisi mati adalah ketika tidak seorangpun tahu tentangmu. Itu ketika kau mati. Namun, kamu tidak pernah mati selama orang-orang masih mengingatmu di pikiran mereka dan juga di hati mereka."

Dewi Anne Sullivan. Aku tertawa mengingat nama ini. Nama yang aku berikan untuknya dan dia menyukainya. Nama Ann, menjadi salah satu tokoh di cerita yang pernah aku ciptakan. Dan asal kau tahu saja, Dewi sangat menyukai ceritaku itu walaupun ia belum pernah membacanya sampai selesai. Ann si pecinta bass, begitu juga dengan Dewi.

Dewi Permata Sari. Astaga, aku teringat ketika kami mengejeknya karena namanya ada ratusan di Facebook.

Tapi aku sadar. Tidak ada lagi Dewi Permata Sari di Jagad Raya ini yang seperti dirinya.

Dewi, I miss you. A lot.



Thursday, August 16, 2012

Kakak.. kau di mana kakak?

Manusia, selalu menginginkan apa yang tidak ada dalam dirinya. Aku punya sesuatu yang tidak aku miliki dari aku lahir sampai hari ini.

Aku ingin punya kakak!!

Bagaimana caranya agar aku bisa punya seorang kakak?

Kalau aku bilang, 'Aku ingin punya adik," mungkin masih ada jalan. Tapi kalau kakak?

Menyedihkan.

Aku pernah bertanya pada teman-temanku yang mempunyai seorang kakak laki-laki. Mereka bilang punya kakak laki-laki sangatlah menyebalkan. Entah menyebalkannya itu dibagian mana aku tidak tahu. Mereka bilang kakak laki-laki itu benar-benar malas dan berisik! Hey tapi bukankah semua laki-laki itu seperti itu?

Akhir-akhir ini, aku benar-benar berfantasi kalau aku mempunyai seorang kakak laki-laki yang siap sedia menjagaku. You know, kalau kau sering menonton drama Korea kau akan tahu karakter Lee Shin di Heartsing yang sangat menyayangi adiknya. Atau karakter Baek Sungjo di Playful kiss si kakak jenius yang tidak pernah marah pada adiknya. Seperti itulah kakak yang ada dalam fantasiku.

Aku ingin punya kakak yang sewaktu-waktu dia akan bertinglah menyebalkan di depanku. Seperti kelakuan kakak laki-laki pada umunya yang menyebalkan. Namun di waktu yang lain dia bisa sangat diandalkan. Misalnya ketika aku dekat dengan laki-laki, dia akan diam-diam menghubungi laki-laki itu kemudian menginterogasinya. Atau ketika aku memutuskan untuk berkencan dengan seorang laki-laki lain, kakakku mencoba untuk menjauhkanku darinya karena dia cemburu. Atau kemungkinan lain, kakakku akan mencari asal-usul kekasihku itu dan mengatakan dia benar-benar laki-laki yang buruk. Kemudian aku marah dan kita beradu mulut. Namun ketika apa yang dikatakan si kakak benar, si kakak tetap mau memaafkan adinya dengan syarat konyol.

Bukankah itu menyenangkan?

Ahh.... aku ingin punya kakak laki-laki. Benar-benar ingin.

Ada yang mau menjadi kakak laki-lakiku? Ayo daftar (tapi aku harus background check kalian semua dahulu) hehehe