Saturday, May 17, 2014

Buku Merah Muda

"First. First Page. Ini adalah sebuah catatan harian seorang aku yang sedang merindukanmu. Suatu saat nanti aku harap kamu bisa membacanya. Entah disaat itu kita sedang bersama ataupun tidak. Entah disaat itu aku yang memberikan ini padamu atau bukan. Yang jelas, aku ingin kamu membacanya. Perkenalkan, namaku..."

 

Halaman pertama sebuah buku kecil yang sekarang menjadi salah satu favoritku. Begitu terus terang, begitu hancur, dan begitu berharap. Hanya saja, akhirnya kisah ini tidak seindah bunga sakura di musim semi. 

Friends? Friends!

Aku tidak pernah mengetahui benar definisi dari kata "teman" sama seperti halnya aku masih mengira-ira definisi sebuah kata yang sama simpelnya, "cinta". Maksudku, bagiku mereka semua itu masih hanya seperti konsep abstrak di dalam kepala. Ketika aku menemukan, ah ini adalah teman, namun aku kemudian mengalami hal yang membuatku berpikir ulang apa dia adalah orang yang tepat untuk meluruskan konsep abstrak kata "teman" dan Ketika aku mengira aku sudah jatuh cinta dan merasakan cinta, ternyata itu bukan cinta yang bisa membuatku mengerti dari konsep abstrak itu.

Tapi yang menurutku pasti adalah, cinta dan pertemanan itu saling berhubungan. Entah bagaimana bentuk simbiosisnya, yang jelas mereka berhubungan.

Saat ini aku kira aku punya teman, Walaupun kami tidak mempunyai akar yang sama. Tidak mempunyai berbagai kesamaan. Tidak melalui hari keras bersamaan. Pertemanan kami seperti air yang mengalir. Seperti itu dan seperti itu. Di mana ada dia, di situ ada kami yang lain.

Pertemanan kami tidak seperti film 5cm atau SUNNY. Yang mereka mengalami kesulitan bersama, saling mendukung, saling membela, dan saling berkorban yang membawa nuansa mellodramatis. Yang memang aku akui mengharukan. Aku belum pernah melalui hal-hal yang seperti itu. Yang pernah aku lakukan bersama teman-temanku adalah tertawa, tersenyum, dan bergembira.

Sejujurnya aku ingin punya sahabat karib seperti di dalam film-film itu. Aku ingin kami melakukan perjalanan yang jauh, menonton konser musik rock, mendaki gunung, berkelahi dengan kelompok lawan, dan sampai akhirnya mempertemukan satu per satu teman-teman yang sudah beranjak dewasa lagi.

Hanya saja bagi kami sekarang, semuanya terlalu mudah. Facebok, ponsel. Tidak akan pernah putus hubungan. Membuatku bertanya apakah dengan pertemanan semulus ini pertemanan ini akan lebih solid dari yang di film itu? Apakah "pertemanan" itu sendiri akan meninggalkan kenangan yang sangat berkesan, suatu kisah epik yang bisa diceritakan untuk keturunan kami.

Yang jelas, aku tetap berharap walaupun aku tidak berada di kehidupan kalian dari awal kalian lahir tapi setidaknya ijinkan aku bersama kalian sampai akhir. Aku hanya tidak ingin kehilangan sahabatku lagi.

Dan kemudian, cinta? Sampai saat ini aku masih bimbang apa aku harus mempercayainya atau tidak. Aku tahu cinta Tuhan, orang tua, keluarga, teman itu pasti ada. Hanya saja, cinta lawan jenis? Aku tidak yakin. Kurasa, sejak pertama kali aku merasa aku mempunyai pandangan yang berbeda apa satu individu berkromosom XY, mereka memandangku dengan sama seperti individu XX lainnya.

Dan aku rasa, aku hanya perlu meninggu sesuatu yang diluar akal sehat terjadi. Seperti Disney. Dan ketika hari itu datang, Aku sangat berharap bahwa ini yang terakhir. Aku sudah capek.

I just need to get my certificates and my degree now. And then, fly away far :)