Tuesday, April 21, 2015

Konotasi Negatif Sendirian

Banyak sebenarnya hal-hal yang bisa dilakukan sendiri (seorang diri, satu orang atau apapun istilah lainnya). Cuma sebagian besar orang menganggap pergi sendirian itu nggak seru. Emang sih sebenernya pergi sendirian nggak begitu seru nggak ada temen ngobrol. Karena orang-orang (manusia) sebenernya adalah makhluk sosial. Biasanya orang akan dianggap senagai "outcast" atau anti-sosial kalo pergi ke mana-mana sendirian. Padahal belum tentu sebenarnya orang yang suka pergi sendirian itu seperti itu. Aku contohnya. 

Walaupun masih berpegang teguh untuk nggak makan di restauran sendirian, aku masih mau pergi ke bioskop sendirian. And I found that it's very enjoyable. Gimanapun juga nonton film di bioskop itu butuh yang namanya konsentrasi tinggi biar ngerti alur ceritanya karena nggak bisa di rewind kayak nonton film di rumah. Mana udah bayar mahal cuma ngobrol doang di dalemkan nggak seru. Itu duit man bukan sampah yang dibuang-buang. Lagi pula orang di bioskop juga nggak akan peduli kamu pergi sendirian atau berbondong-bondong sekampung asalkan kamu diem aja di dalem teater dan nggak gangguin orang lain waktu nonton. Waktu aku mengeluarkan gagasan ini ke temen aku yang namanya harus disamarkan berhubung dia kalau malem jadi Tiffany (?), dia bilang, "Kamu ke bioskop sendirian. Keliatan jomblonya!"Ya keadaan memang jomblo mau digimanain lagi, kan? Selagi bisa menikmati waktu sendiri, selagi bisa. Siapa tau beberapa tahun kemnudian udah harus ngurus orang baru, kan?

Ngomongin jomblo, aku mulai bertanya-tanya kepada tren anak muda jaman sekarang yang demen banget pacaran dan PDA bahkan foto ciuman terus diunggah ke media sosial mereka. Dude, you really have to do that? Bukannya iri, cuma kayaknya nggak sesuai aja. "Ini sosmed gue, kalo kaga suka ya unfollow aje sih." Nah, kalau temen dia yang "normal" dan masih ngerti norma nge-unfollow dia nanti dia juga bakal cuap-cuap lagi,"Temen apa sih lo ngeunfol gue. Jangan remenan sama gue lagi". Apa dia punya penyakit mental? 

Untungnya, Tuhan kasih aku lingkungan yang luar biasa baik. Temen-temenku, lebih khusunya nggak pernah mempermasalahkan kejombloan ini dengan sangat detil. Ngomongin kejombloan ini adalah hal yang dibuat lucu-lucuan. Ngeledek tapi buat bahan ketawaan. Bukan ngeledek sambil menilai "Kamu nggak laku!" Dan syukurnya lagi temen-temenku masih pada punya norma dan otak yang normal untuk nggak mengunggah foto-foto PDA yang merusak mata dan menggugah jiwa. Temen PDA ada sih, tapi temen deket nggak ada ya biar mereka udah pacaran lama juga nggak ada. 

Semacam jomblo itu dosa besar, aku inget banget waktu pertama kali reuni SD pas habis masuk SMP. Seorang temenku tanya ke aku, "Udah punya pacar belum?" Aku jawab belum lalu dia bilang lagi, "Hahaha. Aku udah, Yang naksir aja ada dua orang." HELLO? Baru lulus SD gitu udah mikirin pacaran sementara aku waktu itu masih mikirin yang namanya remidi itu apa (maklum di SD nggak ada). Maksudku dosakah kita nggak punya pacar? Apa salahnya nggak punya pacar. Why people, why? Kenapa pacaran adalah tolak ukur seberapa lakunyakah kamu? Emangnya kamu produk pasaran yang harus diukur tingkat penjualan dan tingkat konsumsinya?

Ada satu lagi momen di mana aku mengeluarkan ekspresi seperti (-_-"), like dude... really? Waktu itu aku sama seorang temenku mau pergi nonton. Biasa yang namanya balas dendam akibat tugas banyak dan film bagus numpuk itu sehari bisa nonton dua film sekaligus. Berhubung kita orangnya suka seru-seruan kita ngajak temen kita yang satu lagi (berhubung kita bertiga selalu sekelas. Kemana-mana bareng). Dia bilang dia nggak bisa karena harus pulang. Kita sih sejujurnya pengen dia ikut berhubung kita belum pernah nonton film bagus (salahkan empat tahun di rumah hantu) barengan. Jadi kita agak maksa dia buat ikut. Dan dia bilang apa saudara, "Ya nanti aku pulang, ngecek rumah dulu terus nyusul kalian jam 1. Siapa tau si (sensor) bisa nganterin." aku tanya kenapa sama dia, dia jawab, "Ya kalau ada temennya kan enak." Oh god.  si sensor bahkan nggak deket sama aku dan temenku yang pertama tapi dia berani-beraninya ngajak dia. ARE YOU NUT? Berangkat sendiri bisa kali ya. 

Mungkin ini sih karena aku orangnya cuek dan nggak mau mengambil dalam apa kata orang. Kalau kata orang bagus dan bagus buatku sih aku pasti ambil dan terapkan tapi kali macem kayak gini sih bodo amat. Aku bisa kok buktiin aku nggak semenyedihkan itu biarpun sebenernya temenku yang sebanyak yang kamu bayangkan. Kalau aku bisa melakukan sendirian kenapa nggak? Selagi bisa gitu maksudku. Menikmati diri sendiri. Memanjakan diri sendiri. 

Ya emang sih kalau sama temen lebih seru...

 


No comments:

Post a Comment