Monday, June 15, 2015

Dewi

Speaking about dead people.. aku nggak bisa melupakan sahabat terbaikku, Dewi.
Aku sedang dalam krisis kepercayan saat ini. Di mana aku tidak bisa membedakan mana yang hanya kenalan, mana yang teman, dan mana yang sahabat. Aku tidak bisa percaya pada orang-orang yang dekat denganku dengan mudah. Bahkan kejadian yang baru saja terjadi di kampus kemarin saja aku tidak berani untuk bercerita kepada teman-teman SMA... karena aku tidak menemukan alasan kenapa aku harus bercerita pada mereka. Karena aku ridak percaya pada mereka.
Kalau bicara tentang sahabat, tentu aku tidak bisa melupakan Dewi. Bagaimana aku lupa pada orang ini walaupun dia sudah hampir tidak bersamaku empat tahun lamanya. Karena dia begitu berarti. Karena dia adalah seseorang yang berarti.
Kalau Dewi masih ada sampai saat ini aku pasti sudah bercerita panjang lebar dengannya. Dan menyenangkan sekali mempunyai orang yang bisa mendengarkanku.
Aku ingat sekali ketika Dewi datang tanpa alasan ke rumah dan kita mengobrol cukup lama. Aku bahkan sebenarnya tidak ingat bagaimana Dewi bisa ingat jalan rumahku
Kapan aku bisa menemukan "Dewi" yang lain? Yang mau mendengarkan aku? Yang mau pergi ke mana saja denganku?
Tidak, tidak akan pernah ada Dewi yang lain di dunia ini. Karena Dewi hanya ada satu dan sayangnya dia berada di tempat dia seharusnya.
Kangen kamu wi, sayangnya kamu nggak pernah dateng ketemu aku. Aku pengen cerita...

Sunday, June 14, 2015

harta karun ayah

Beberapa hari yang lalu, aku menemukan sebuah harta karun. 
Bukan emas, bukan berlian, bukan juga sihir. Tapi harta karun peninggalan Ayah yang tertimbun oleh puluhan CD di bunderan CD yang disimpan ibu di lemari plastik paling bawah dan ditutupi oleh bunderan CD yang lainnya. Apa harta karun itu? Sekeping compact disk yang berisi kompilasi lagu-lagu Queen yang ayah suka. 
Saat ini aku sedang mendengarkannya, 15 menit menuju tengah malam. Dan sebenarnya rasanya horror sekali karena mendengarkan suara yang yang sudah meninggal dari lagu-lagu yang disukai oleh orang yang sudah meninggal pula.
Waktu itu seharian ayah mendengarkan lagu-lagu Queen sebelum beliau meninggal malamnya jadi Queen sudah menjadi sebagaian dari hidupku. 
Dari kecil aku sudah diperdengarkan lagu Queen. Mulai dari bentuk piringan hitam sampai bentuk MP3. Aku ingat betul sewaktu kecil aku satu-satunya yang mengetahui Queen diantara teman-temanku... bahkan sampai sekarang. Aku iidak akan memungkiri mungkin kemampuan berbahasa Inggrisku juga bermula karena aku sering mendengar lagu-lagu dari Queen. Dan ayahku selalu bilang ketika kecil aku sering meminta untuk lagu "Mama" diputarkan. Mama adalah potongan dari lagu Bohemian Rhapsody (yang kebetulan sedang kudengarkan saat ini dari CD kompilasi yang aku temukan itu). 
Aneh rasanya... untuk menjadi seseorang yang begitu mirip dengan ayahku. Walaupun aku sudah berkelana mengenal musik emo, metal, rock, sampai K-Pop tapi rasanya akarku ada pada Queen sehingga mau bagaimanapun juga aku tetap menyukai musik-musik lawas ini. Lawas sekali sampai orang-orang muda jaman sekarang tidak pernah tahu apa itu Queen. 
Aku sering mengira bahwa aku ini adalah orang yang begitu logis dan tidak memiliki keindahan artistik dan kelembutan di dalam hatiku. Aku selalu mengira kalau aku ini adalah orang yang keras, tidak mengenal hati dan selalu mengutamakan logika. Tapi setelah aku menemukan harta karun ini kurasa aku salah. Aku memiliki hati dan aku memiliki keanggunan artistik itu. Walaupun tidak ekstrem. 
Aku sekarang sedang mengira sesuatu. Kalau aku benar mirip dengan ayah... apakah aku akan berakhir seperti ayah juga?