Friday, December 21, 2012

Gitar

Gitar. Gitar adalah sebuah alat musik. Gitar adalah sebuah alat musik petik yang bisa menghasilkan nada yang indah. Gitar banyak disukai oleh semua orang karena cara memainkannya yang mudah. Dan gitar adalah jiwa dari sebagian orang.
 
Bagi orang yang menyukainya, gitar adalah alat musik yang menemani hari-harinya. Mereka terus memainkannya ketika mereka sedih ataupun senang. Mereka yang menyukainya akan berusaha memainkannya dengan benar dan bisa melakukan apa saja dengan gtar. Mereka yang menyukainya akan selalu memainkannya sampai mereka bosan.
 
Tapi bagi orang yang sudah mencintai gitar, mereka tidak hanya memainkannya ketika mereka sedih ataupun senang melainkan memainkannya karena itu adalah bagian dari hidupnya. Mereka tidak lagi berusaha memainkannya dengan benar melainkan mereka menyatu dengan nada-nada yang dihasilkan oleh gitar. Mereka yang mencintainya, tidak akan pernah bosan dengan gitar. Mereka akan memainkannya sampai waktunya memisahkan mereka.
 
Bagiku, gitar adalah alat musik yang menghasilkan suara paling indah setelah piano. Sama sepertihalnya aku mengagumi pianis, aku juga mengagumi gitaris, Terutama mereka gitaris klasik. Bagiku gitar adalah rasa senang dan rasa duka. Bagiku Gitar adalah pelampiasan perasaanku. Bagiku gitar adalah kasih sayang. Bagiku gitar adalah teman. Bagiku gitar adalah adik laki-laki yang tidak pernah lahir. Bagiku gitar adalah patah hati. Bagiku gitar adalah potongan memori.
 
Suara petikan gitar selalu menggambarkan perasaan orang itu. Bagaimana mereka memetiknya ketika hati mereka sedang senang, bagaimana mereka memetiknya ketika mereka sedang kesal, bagaimana mereka memetiknya ketika sedang berduka, bagaimana memetiknya ketika mereka sedang jatuh cinta. Mereka melakukannya dengan berbeda. Pernahkah kau merasakannya? Pernahkah kau mendengarkan perbedaannya?
 
Aku pernah. Dulu. Nyaris setiap hari.
 
Tepat empat tahun yang lalu adalah terakhir kalinya dari dosis harian asupan gitarku. Tepat di hari ini 21 Desember 2012. Tepat empat tahun yang lalu terakhir kalinya ayahku memainkan gitarnya.
 
Aku tidak akan benyak menceritakan ayahku lagi karena aku sudah cukup sering menceritakan betapa aku mengaguminya dan bagaimana aku menghormatinya. Dan kurasa itu sudah memberimu cukup pengertian bahwa aku selalu merindukan ayahku.
 
Gitar. Kapan aku bisa memainkannya? Jadi aku tidak perlu merasa rindu berlebihan pada Ayahku. Atau, adakah yang mau memberikanku dosis harian asupan gitarku kembali? Aku begitu merindukan suara itu memenuhi telingaku setiap pagi. Aku merindukan sensasi telingaku yang bergetar seirama dengan dawai yang ada di gitar itu.
 
Mungkin ini firasat ayahku, atau entah bagaimana. Yang jelas, dulu sekali ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, Ayahku berpesan padaku untuk mencari pendamping hidup yang bisa bermain gitar. Aku tidak begitu mengacuhkannya saat itu. Dan memang pada saat itu aku selalu menyukai orang yang tidak bisa bermain gitar. Saat itu gitar tidak pernah membuatku terpesona.
 
Sampai pada akhirnya Ayahku meninggalkanku, dan entah bagaimana hatiku tergerak padanya. Dia adalah orang pertama yang membuatku terpesona setelah ayahku pergi. Dan hari ini juga, aku melihatnya bermain gitar. Tidak, lebih tepatnya aku mendengarnya bermain gitar dengan cantiknya. Membuatku terasa di awang-awang karena nada-nada yang ia hasilkan bersama gitarnya mengangkatku terbang dan berdansa bersama di awan.
 
Kapan aku bisa memainkan gitar? Jadi aku tidak perlu repot-repot untuk jatuh cinta padanya berulang-ulang hingga membuatku patah hati berkali-kali juga? Biarkan aku bisa menikmati gitar seperti seseorang menyesap kopinya pelan-pelan. Aku ingin menikmati alunan gitar dengan tenang.
 
Kapan aku akan berhenti patah hati, dan aku bisa mulai mencintai? Entahlah, tanyakan saja pada gitar yang berada di pojokan kamar itu.

No comments:

Post a Comment