Wednesday, December 31, 2014

Meninggalkan 2014

Tahun 2014. 18 tahun.

Sampai detik ini aku belum menemukan ingatan memalukan atau lucu di tahun ini. I've been so miserable. Tahun 2014 ini adalah tahun yang ingin aku hilangkan dari ingatanku. Banyak banget yang membuatku tidak bisa menikmati tahun ke-18ku. Dimulai dari sebuah perpisahan dan diakhiri dengan cinta bertepuk sebelah tangan. 2014 sungguh dramatis sepertinya.

Tahun ini begitu berat. Dan aku yakin tahun depan akan semakin berat. Bahkan beratnya belum bisa aku perdiksi. Yang jelas tahun depan aku pasti akan merasakan perasaan yang sedang kurasakan ini berkali-kali lipat lebih kuat dan lebih menyedihkan. Da mau tidak mau aku harus memulai mempersiapkan diriku mulai detik ini. Mulai hari terakhir di tahun yang tidak ingin aku ingat-ingat lagi.

Kalau disuruh memilih di tahun 2015 ini aku ingin lebih buruh dari ini atau lebih baik, aku memilih sedikit lebih buruk. Maksudku biar perasaan buruk ini diakumulasikan dan dihabiskan sekarang dibanding nanti saat aku tua aku masih merasakan yang seperti ini. Jurang tidak sedalam yang kau kira, kata Profesor Rando Kim.

Untuk sementara, untuk tahun depan dan tahun yang kedepannya lagi sampai aku lulus kuliah aku akan tinggal di jurang. Aku akan memulai menata jurang itu agar aku bisa tinggali. Aku akan membuat api kecil agar aku tetap hangat. Aku akan menikmati apa yang ada di dalam jurang itu sambil memahat satu persatu anak tangga untuk kembali naik. Dan aku berharap setelah lulus nanti aku bisa tersenyum dengan bangga. Dengan kebahagiaan yang meluap-luap sampi lautanpun tidak bisa menampungnya.

Biarkan tahun 2014 ini buruk, aku sudah tidak mau peduli lagi. Karena 2014 akan pergi. Bukan, aku akan meninggalkan 2014. Meninggalkannya jauh-jauh agar aku tidak bisa melihatnya lagi.

Saturday, December 13, 2014

Time, Go Slowly

Baru tadi siang aku dengan lantang dan berani berkata pada temanku bahwa aku akan baik-baik saja. Aku akan bersikap seperti biasa dan menjadi si orang gila yang tidak tahu malu. Baru beberapa jam yang lalu. Namun sekarang aku tiba-tiba terisak-isak  dan pemandanganku buram oleh caira bening itu.

Bagaimana rasanya? Aku tidak merasakan apa-apa. Aku hanya tiba-tiba tidak bisa menahannya lagi dan aku menangis sejadinya. Padahal tadi ketika aku bercerita kepada Tuhan aku sudah menangis sampai mataku pedih, tapi aku ternyata tidak bisa menghentikannya dengan lama. Aku hanya bisa seperti ini. Karena aku tidak bisa meraung dan aku tidak bisa duduk di bawah shower. Aku masih waras.

Lucunya saat ini aku sedang mendengarkan lagu berjudul "Time, Go Slowly". Lagu yang bercerita tentang seorang perempuan yang sedang jatuh cinta. Perempuan itu merasa bahwa saat dia bersama dengan orang yang dia cintai, waktu terasa berjalan terlalu cepat. Dia meminta agar waktu bisa memperlambat jalannya.

Aku? Bahkan situasiku tidak ada hubungannya. Lagu ini seperti ejekan buatku. Mereka sedang jatuh cinta, kan?

Menyedihkan. Kenapa selalu berakhir semenyedihkan ini. Atau ini bukan akhirnya, mungkin ini adalah awalnya. Siapa tau akhirnya akan lebih dari ini.

Tapi aku bakal baik-baik saja kan? Mereka bilang waktu akan terbang dan kita akan perlahan membaik.
Semoga dia tidak mematahkan sayap si waktu, ya.

ps: Ngomong-ngomong snowdrop sudah tutup, ya? Sayang sekali padahal aku berharap dia akan bertahan lama.

Thursday, October 23, 2014

Curhat colongan part 6: Ketika kamu tidak bisa berbuat apa-apa

Apa yang dilakukan orang-orang untuk menumpahkan perasaannya disaat dia tidak bisa berteriak bahkan untuk menuliskannyapun susah?
Menangis. 
Iya, aku menangis lagi. Karena cinta. Bahkan cinta tidak pernah menangisiku kenapa aku harus menangisinya?

Aku pernah bilang aku ingin mengalami patah hati lagi agar ke depannya aku tidak pernah merasakan patah hati lagi. Iya, sekarang aku patah hati. Hanya saja, aku tidak yakin apa ini adalah patah hati yang terakhir karena aku meminta kesempatan kepada Tuhan dan sebagai ganti permintaanku yang sangat keterlaluan ini aku rela ditaburi air garam kemudian diiris lagi di luka yang sama. Aku rela hati ini diremukkan. 

Rasanya begitu... menyakitkan. Aku yang sudah menduga hal seperti ini akan datang tidak pernah membayangkan bahwa jadinya akan sesakit ini. Akan seterpuruk ini. Akan menyiksaku dengan perlahan seperti ini. Aku mungkin terlihat baik-baik saja. Aku masih bisa melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku masih makan, minum, kuliah, jadi panitia, ikut seminar, mengikuti ujian, membuat diriku sendiri bodoh. Aku masih melakukan semua itu. Tapi rasanya semuanya seperti kurang bermakna. Ada sesuatu yang hilang, yang selama ini menjadi peganganku rasanya lepas.

Seperti balon helium yang talinya dipegang dengan erat. Balon itu adalah mimpiku yang aku pegang dengan sangat erat karena aku percaya bahwa Tuhan punya rencana yang tidak masuk akal akan terjadi. Namun tiba-tiba balon itu meledak dan membuatku terkejut setengah mati--tepat seperti saat berita itu kubaca. Dan ketika balon itu meledak, aku menangis sejadinya dan merasa kehilangan.

Semesta ini begitu kejam. Ketika aku merasa aku akan hidup bahagia, dia tidak mengizinkan kebahagiaanku untuk begitu meluap sehingga semesta mempertemukan kedua orang itu dan membuatnya jatuh cinta. Dan membuatku merana. Ketika aku merasa aku akan merana berkepanjangan, dia tidak mengizinkannya lagi. Semesta tidak menurunkan hujan. Tidak juga membiarkanku memasang wajah sedih. Aku dihadapkan kenyataan bahwa aku masih ada presentasi esok harinya, lalu ada deadline dua laporan dan sebuah presentasi lainnya berupa animasi tiga hari kemudian. Aku tidak diberikan kesempatan untuk meratapi nasibku yang malang ini. 

Efek apa lagi yang ditimbulkan semesta yang sudah mempertemukan mereka? Aku takut menulis cerita fiksi--cerita karanganku sendiri. Aku takut apa yang aku tulis akan terjadi pada mereka dan padaku. Seperti yang sudah kulakukan. 

Agustus lalu aku menuliskan bahwa dia sedang bersama dengan belahan jiwanya dan bahwa aku ingin patah hati lagi. Itu semua benar-benar terjadi. Lalu aku menulis pada buku merah muda milikku bahwa suatu saat aku akan melihat orang yang sangat aku sayangi akan melepas lajangnya. Benar terjadi. Dan di suatu catatan yang aku tulis kurang lebih setahun yang lalu di laptop ini bahwa dia yang pertama akan menikah dan punya anak dengan seorang penyanyi. Ini juga benar-benar terjadi,

Aku harus apa?

Aku merasa... tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan aku tidak berani lagi berimajinasi dan memulai membuka microsoft word untuk kembali berkarya lagi. Apa ini pertanda bahwa aku harus terus fokus kuliah dan berorganisasi agar aku bisa mewujudkan impianku yang tidak boleh diruntuhkan itu? Seperti semesta memberi pertanda bahwa aku tidak boleh mengabiskan tabunganku untuk menghadiri sebuah konser. 

Aku terlalu takut untuk melakukan hal yang sangat aku sukai. Itu adalah hal yang berat. Semesta memberiku banyak ide baru, banyak bayangan baru, dan banyak inspirasi (terlebih dari apa yang baru saja aku alami dan kurasakan) dan lagu-lagu luar biasa yang baru bertebaran beberapa minggu ini. Aku ingin bisa menulis lagi, dengan tenang. Namun aku terlalu banyak meminta pada Tuhan, walaupun aku tahu bahwa Tuhan sangat senang ketika hambaNya mau meminta hanya kepadaNya. Namun aku merasa keterlaluan karena apa yang diperintahkanNya belum semuanya kukerjakan. 

Tidak, aku tidak ingin menjadi orang yang selalu merasa hidup ini datar. Hidupku ini berpalung. Aku sering tersandung dan jatuh terjerembab entah sampai kapan aku bisa berdiri tegak. 

Seharusnya patah hati seperti bisa memberiku imun untuk kejadian menyakitkan yang lainnya lagi. 

Tidak, aku harus belajar lagi. Impian ini tidak boleh padam. Aku berupaya agar aku bisa mewujudkannya. Tidak apa-apa jika yang lainnya tidak. Namun aku ingin yang satu ini, yang mungkin akan membuatku dipandang berbeda setelahnya, Aku akan mencoba untuk tidak keberatan ketika aku dipertemukan dengan mereka berdua, bahkan ketika nantinya aku ada urusan dengan mereka berdua, Aku akan mencoba menahannya semua. Asalkan aku bisa mendapatkan yang ini. 

Dan aku juga berterimakasih kepada Epik High--Hip Hop grup yang aku tunggu kembalinya. Terima kasih untuk lagu-lagu yang sudah kalian ciptakan. Yang membuatku naik dan turun. Merasa sendirian dan merasa swag sehingga aku bisa merasakan semangat kalian bermusik Mungkin suatu saat aku bisa membantu kalian untuk bermusik, dengan ceritaku atau dengan yang lainnya. 

Sekali lagi aku harus mengulum pil pahit. Membiarkan rasa pahit itu tetap terkecap di lidahku dan tetap di sana sampai waktu yang tidak ditentukan.

Sunday, October 12, 2014

Kabur

Suatu hari aku mendapatkan pertanyaan dari seorang pembaca salah satu ceritaku. Dia bertanya, "Kenapa dia pergi?"
Aku si pembuat cerita merasa tertohok sebenarnya. Mengapa aku membuat karakter yang kuceritakan memutuskan untuk pergi? Butuh seminggu bagiku untuk menjawab pertanyaan ini. Dan aku kemudian mengetik balasan untuknya, "Kebanyakan orang butuh pengalihan dari masalah. Dan cara favorit mereka adalah meninggalkan kenangan mereka jauh-jauh."

Aku merasa itu adalah jawaban yang benar. Seperti mengapa orang memutuskan untuk pindah rumah alih-alih tetap di sana setelah beberapa kejadian buruk menimpa penghuni rumah itu. Mereka butuh lingkungan baru yang membuat mereka melupakan apa hal-hal yang akan mengingatkan mereka pada sebuah kejadian yang melukai hati mereka.

Aku juga ingin kabur. Ke suatu tempat di mana aku bisa bersembunyi dan menjadi orang yang baru. Tujuanku ada dua. Pertama, hutan beton tempat impian terbentuk. Kedua, sumber segala rasa sedih-bingung-menyakitkan yang akhir-akhir ini kurasakan.

Yang aku tahu, satu-satu cara yang rasional adalah meneruskan pendidikanku. Hanya saja... kenyataan kembali memukulku dengan keras seperti seorang pemain baseball yang mencetak homerun. Kuliah di jurusan ini begitu berat. Dosen yang luar biasa jenius membuat kami membuat sesuatu di luar bayanganku dalam jangka waktu yang singkat. Tugas laporanpun dibuat sedemikian rupa agar aku memutar otakku dan merasa seperti seorang idiot. Apa lagi saat kuliah aku sama sekali tidak menangkap apa yang dosen terangkan.

Aku merasa seperti seorag imbisil. Kalau program sarjana saja aku masih linglung dan belum memiliki judul skripsi, lalu akan jadi apa aku untuk jenjang yang selanjutnya. Aku menyukai ilmu yang ada di jurusan ini. Aku merasa penasaran, dan ketika aku bisa aku merasa seperti orang pandai, orang yang cerdas. Dan aku merasa puas.

Aku tidak bisa memikirkan jurusan lain yang ingin kutekuni. Aku ingin memiliki banyak ilmu, banyak pengetahuan. Yang biasa kutonton hanyalah berkisar tentang mobil, ilmu bumi, teknologi, dan sejarah. Jika aku hanya ingin mengejar gelar dan kesempatan untuk berada di tempat tujuan untuk kabur tersebut, aku mungkin akan memilih jurusan lain yang lebih mudah misalnya ilmu budaya. Namun aku tidak merasa puas. Aku ingin mengambil sesuatu yang sesuai di jalurku, Ilmu Alam.

Aku ingin kabur. Tidak, aku ingin menghampiri tempat di mana sumber penyakitku berada. Aku harus berada di sana. Aku tidak tahu apa alasannya, aku tahu kemungkinan lebih buruk bisa terjadi saat aku di sana. Tapi aku ingin sekali di sana. Menemui bibit penyakitku kemudian memamerkan bahwa aku bisa menapakkan kakiku di tanahnya.

Patah hati mungkin membuatmu melihat dunia dengan sedih dan tidak bersemangat. Namun bagiku patah hati membuatku bermimpi lebih tinggi dan lebih rasional.

Dulu, aku tidak pernah ingin berkuliah. Berkat dia, aku bahkan ingin melanjutkan pendidikanku.
Sayangnya berkat dia, aku tidak ingin melakukan apa yang orang tuaku lakukan sebelum adanya aku.
Tidak, aku ingin sendirian.

Wednesday, September 24, 2014

Terjadi

Apa yang aku takutkan terjadi juga.
Apa yang tidak aku harapkan terjadi, terjadi juga.

Dia memang seorang laki-laki dewasa. Dan aku masih seorang ABG labil.

Aku nggak boleh lebay, aku anak slow.
Aku nggak boleh sedih, aku nggak pantes kayak gitu.
Aku udah besar, aku juga harus berbesar hati.

Maaf, tapi aku nggak bisa bilang aku bahagia.

Ya, aku kembali jatuh.

Aku bodoh.

Aku... mau belajar.
Setidaknya aku masih ingin impianku yang satu ini terus hidup. 

Saturday, September 20, 2014

Kalau dia nembak kamu, diterima nggak?

Kemarin, di sela-sela jantungan di kelas SO yang udah bikin stress dari seminggu sebelumnya, teman sebelah tanya, "Kalau misalnya sekarang orang yang kamu suka bilang kalau suka kamu dan nembak kamu, diterima nggak?"

Harusnya pertanyaan ini gampang. Tinggal jawab, ya apa nggak.

Tapi aku punya "kompleks" yang sebenernya aku juga nggak tau di mana letaknya.

Apa karena aku mau fokus kuliah dulu? Nggak kok. Aku kuliah santai aja. Selama teman-teman tercinta ini masih punya rasa solidaritas untuk kirimin codingan lewat email dan janjian nggak acc, aku sangat santai. Tugas ini itu pasti dikerjain 12 jam sebelum masuk kuliah.

Terus apa masalahnya? Nggak ada alasan buat nggak nerima orang yang nembak itu, kan?

 Sepertinya, hasratku sebagai remaja buat "pacaran" sudah mulai menghilang. Walaupun sebenernya pengen juga kalau temen udah cerita tentang pacarnya, cuma rasa kepengen itu cuma hadir sejentikan jari. Karena di detik itu juga aku berpikir bahwa apa yang aku punya sekarang sudah lebih dari cukup.

Biar punya temen cowok? Populasi cowok di kampus lebih banyak malah dari pada cewek. Toh temen-temen cowok di sini juga santai. Mereka asik diajak curhat, main bareng, nonton bioskop malem-malem juga udah biasa.

Memangnya harus punya pacar? Memangnya harus pacaran? Kelebihannya punya pacar apa sih?

Biar ada yang nemenin nonton? kamu nggak punya temen, ya?
Biar bisa dianterin ke sana ke mari? Kamu anak manja, ya?
Biar ada yang merhatiin? Kamu kekurangan kasih sayang, ya?
Biar ada motivasi belajar? Kamu belajar buat pacar apa buat diri sendiri?

Jadi apa spesialnya pacar?

Mungkin ini efek jomblo kelamaan tapi aku cuma berpikir kenapa aku harus pacaran. Kenapa kayaknya jadi jomblo itu hina banget dan dianggap nggak laku. Bahkan, laku sendiri mempunyai arti yang sama dengan terjual. Apa kamu dibeli sama pacar kamu? Nanti pacaran, jarang ketemu sebentar aja udah ngambek terus purus. Maunya gimana? ketemu terus? Yaudah sih nikah aja. Udah di beli, sah lagi buat ngapa-ngapain jadi menghindarkan dari fitnah.

Kamu cinta sama pacar kamu? tapi kok bisa putus? Udah nggak cinta lagi? Terus janji-janji mesra dulu dikemanain? Hahaha remaja, remaja.

Mungkin kalian harus ngerasain dulu gimana kemana-mana harus sendiri. Ke bioskop sendiri, ngantri dokter sendiri, bayar kuliah sendiri, berangkat kuliah sendiri, pergi nonton konser sendiri, di rumah sendiri, belanja sendiri.

Iya, sesekali kamu harus bisa mandiri. Karena suatu saat nanti, ketika kamu punya pasangan hidup mereka bisa saja meninggal. Suatu saat nanti, anak-anakmu memuruskan untuk hidup di kota lain.

Siapa tau juga kalian akan merantau ke negeri seberang?

Jadi, buat apa pacaran? Kalau sendiri juga bisa.
Buat apa pacaran?

Saturday, August 23, 2014

Confession of a fan-girl

Pertama, aku sangat berterima kepada RCTI karena sudah membuat malam minggu hari ini mendadak... menyenangkan.


Tadi ada seorang laki-laki yang hanya bisa aku lihat melalui layar kaca. jarak kami terbentang jauh, aku tahu. dan aku menyadari juga. Pernah dengar lagu Project pop? "Dia berada jauh di sana dan aku di rumah. Memandang kagum pada dirinya dalam layar kaca. Apakah mungkin seorang biasa menjadi pacar seorang super star? Nggak mungkin. Nggak mungkin, Nggak mungkin bisa."

Kalau bicara jujur, sebenarnya aku mengalami suatu titik di mana I can't stop falling in love to him. Semua orang yang jatuh cinta pasti bilang, "Nggak. Yang kali ini beda rasanya. Pokoknya nggak bisa dijelasin." Dan aku juga sama. Dulu aku pernah menyukai Mikey Way sekitar 6 tahun lalu. Dan orang-orang terdekatku pasti tau gimana aku waktu itu. Aku kayak orang nggak waras. Sampai tiba-tiba hal aku sembuh dari dia dan aku mulai hidup normal lagi.

Dari ketika ayahku nggak ada sampai...  tiga tahun yang lalu. Ketika aku tiba-tiba terjebak di dunia seperti ini lagi. Tapi karena faktor umur dan faktor pengalaman kayaknya aku sekarang sudah bisa mengontrol diriku sendiri. Walaupun kadang aku kelepasan. Di saat aku melihat dia, dan ketika aku sendiri

Ada obsesi tersendiri dan rasa posesif tidak beralasan. Karena aku realistis, aku bahkan nggak bisa percaya kenapa aku bisa memiliki rasa posesif itu padahal aku sadar bahwa dia bukan punyaku. Dan aku yang seharusnya bisa bijaksana dan kalem. Aku memang gitu, tapi kalau aku lihat dia semuanya runtuh. Ketika aku  lihat dia aku cuma jadi "gadis". Jadi remaja yang masih pubertas. Jadi remaja yang masih labil.

Dan ketika itu juga aku berpikir bahwa... "Yes, I will live a life like this. Just like this."

Tapi aku nggak tau jadinya nanti kalau merek menikah. Aku harusnya menikah juga. Tapi... I don't know. Aku nggak mampu bayangin lagi. Aku nggak mampu bayangin pria macam apa selain dia. Karena tadi, aku masih jatun cinta.

Aku harusnya nggak begini, Aku harusnya bisa berpikir rasional. Aku selalu menjadi orang yang rasional dan logis. Harusnya begitu, tapi sekarang kenapa nggak bisa?

Sepertinya, satu-satunya cara agar aku bisa memuaskan perasaan ini adalah dengan kerja keras. I don't care. I shall quit playing around then started a new one.

Pray for me.

I may be not the luckiest fan alive, but I try to have the same result as them.



Thursday, August 7, 2014

Youth

Katanya, masa muda, masa remaja itu tidak bisa diulang. Jadi play hard, hurt much, work hard, cry hard.

Jadi di masa mudaku aku ingin merasakan semua perasaan yang ada. Marah, sedih, bahagia, sakit hati, jatuh cinta, malu, nyesek, cengo, kagok, dan semacam itu pokoknya. Aku ingin menjadi orang yang bertingkah tolol, malu-maluin dan ditertawakan, jadi ketika aku tua nanti, aku bisa kasih tahu yang lebih muda dariku untuk menertawakan mereka balik dan menertawakan hal itu bersama-sama.

Jadi sekarang, aku lagi dalam masa pubertas di mana seorang idola adalah segala. Frankly speaking, sampai sekarang selama hampir 2/3 tahun ini aku masih suka liatin member boyband itu. Malah kayaknya semakin hari semakin lebih. Dan kewarasanku yang aku dapet setelah aku lepas dari Mikey Way dulu mulai menghilang lagi.

Jadi gara-gara ini aku berpikir. "Kalau ada seorang laki-laki yang bisa mengalihkan duniaku dari mereka yang ada di laptopku ini, dia adalah laki-laki yang luar biasa. Lalu jika dia bisa meyakinkanku untuk memulai hidup bersamanya, maka dia adalah seorang pria yang luar bisa."

Dan karena ini masa mudaku, aku akan tetap memandangi dan berkhayal dengan orang-orang yang ada di laptopku ini. Yang mungkin sekarang sedang bersama belahan jiwa mereka.

Dan aku merasakan yang aku ingin rasakan di masa mudaku. Patah hati. Aku ingin merasakannya sekarang. Jadi nanti aku tidak mengalami patah hati lagi.


Friday, June 20, 2014

Somewhere

So somewhere in my youth or childhood, I must have done something good.

Itu adalah sepenggal lirik dari soundtrack salah satu film favoritku sepanjang masa, Sound of Music. Dan lagu ini menjadi salah satu lagu yang sering aku nyayikan selain 16 Going on 17, Edelweiss, dan So Long, Farewell. Mungkin karena aku merasa bahwa lirik lagu ini penuh dengan kebijaksanaan. 

Entah disaat remajaku, atau masa kecilku, aku pasti sudah melakukan hal yang baik. 

Seburuk-buruknya orang, pasti mempunyai hati nurani dan aku percaya semua orang pasti akan melakukan hal yang baik. Walaupun hanya sekali. 

Dan katika dilihat lagi liriknya akan tahu apa makna yang tersirat menurutku, 

For here you are. standing there, loving me.

Untuk disayangi orang lain adalah hal yang lebih dari baik. Ketika sekarang kita diberi sesuatu yang sangat amazing itu, pasti kita telah berbuat kebaikan.

Jadi, berbuatlah kebaikan sekarang agar kebaikanmu itu dibalas suatu saat. 

Ada yang belum pernah menonton film The Sound of Music? Aku menyarakan film ini buatmu. Karena selain Lion King, film ini juga mendidik sekaligus menghibur. Dengan latar belakang Perang Dunia II di Austria, namun kesan kekeluargaannya jauh lebih terasa. Selamat menonton film  klasik ini ya sebelum Transformers. 


Saturday, May 17, 2014

Buku Merah Muda

"First. First Page. Ini adalah sebuah catatan harian seorang aku yang sedang merindukanmu. Suatu saat nanti aku harap kamu bisa membacanya. Entah disaat itu kita sedang bersama ataupun tidak. Entah disaat itu aku yang memberikan ini padamu atau bukan. Yang jelas, aku ingin kamu membacanya. Perkenalkan, namaku..."

 

Halaman pertama sebuah buku kecil yang sekarang menjadi salah satu favoritku. Begitu terus terang, begitu hancur, dan begitu berharap. Hanya saja, akhirnya kisah ini tidak seindah bunga sakura di musim semi. 

Friends? Friends!

Aku tidak pernah mengetahui benar definisi dari kata "teman" sama seperti halnya aku masih mengira-ira definisi sebuah kata yang sama simpelnya, "cinta". Maksudku, bagiku mereka semua itu masih hanya seperti konsep abstrak di dalam kepala. Ketika aku menemukan, ah ini adalah teman, namun aku kemudian mengalami hal yang membuatku berpikir ulang apa dia adalah orang yang tepat untuk meluruskan konsep abstrak kata "teman" dan Ketika aku mengira aku sudah jatuh cinta dan merasakan cinta, ternyata itu bukan cinta yang bisa membuatku mengerti dari konsep abstrak itu.

Tapi yang menurutku pasti adalah, cinta dan pertemanan itu saling berhubungan. Entah bagaimana bentuk simbiosisnya, yang jelas mereka berhubungan.

Saat ini aku kira aku punya teman, Walaupun kami tidak mempunyai akar yang sama. Tidak mempunyai berbagai kesamaan. Tidak melalui hari keras bersamaan. Pertemanan kami seperti air yang mengalir. Seperti itu dan seperti itu. Di mana ada dia, di situ ada kami yang lain.

Pertemanan kami tidak seperti film 5cm atau SUNNY. Yang mereka mengalami kesulitan bersama, saling mendukung, saling membela, dan saling berkorban yang membawa nuansa mellodramatis. Yang memang aku akui mengharukan. Aku belum pernah melalui hal-hal yang seperti itu. Yang pernah aku lakukan bersama teman-temanku adalah tertawa, tersenyum, dan bergembira.

Sejujurnya aku ingin punya sahabat karib seperti di dalam film-film itu. Aku ingin kami melakukan perjalanan yang jauh, menonton konser musik rock, mendaki gunung, berkelahi dengan kelompok lawan, dan sampai akhirnya mempertemukan satu per satu teman-teman yang sudah beranjak dewasa lagi.

Hanya saja bagi kami sekarang, semuanya terlalu mudah. Facebok, ponsel. Tidak akan pernah putus hubungan. Membuatku bertanya apakah dengan pertemanan semulus ini pertemanan ini akan lebih solid dari yang di film itu? Apakah "pertemanan" itu sendiri akan meninggalkan kenangan yang sangat berkesan, suatu kisah epik yang bisa diceritakan untuk keturunan kami.

Yang jelas, aku tetap berharap walaupun aku tidak berada di kehidupan kalian dari awal kalian lahir tapi setidaknya ijinkan aku bersama kalian sampai akhir. Aku hanya tidak ingin kehilangan sahabatku lagi.

Dan kemudian, cinta? Sampai saat ini aku masih bimbang apa aku harus mempercayainya atau tidak. Aku tahu cinta Tuhan, orang tua, keluarga, teman itu pasti ada. Hanya saja, cinta lawan jenis? Aku tidak yakin. Kurasa, sejak pertama kali aku merasa aku mempunyai pandangan yang berbeda apa satu individu berkromosom XY, mereka memandangku dengan sama seperti individu XX lainnya.

Dan aku rasa, aku hanya perlu meninggu sesuatu yang diluar akal sehat terjadi. Seperti Disney. Dan ketika hari itu datang, Aku sangat berharap bahwa ini yang terakhir. Aku sudah capek.

I just need to get my certificates and my degree now. And then, fly away far :)

Thursday, March 27, 2014

Kampanye Indonesia Kuno

Kenapa sih kita harus move on? Indonesia aja nggak mau move on dari "kampanye ugal-ugalan".

Semacam kayak nggak berpendidikan untuk "bleyer-bleyer" di jalanan. Selain bikin macet (they're doing it right in the rush hour), mereka itu berisik and going slow. Bayangkan aja, waktu itu aku sama ibuku mau beli sepatu di hari Minggu siang yang cerah. Then suddenly macet. Macet parah sampai naik motorpun harus pelan. Karena aku juga punya hak atas akses jalan itu, maka aku ya terobos aja itu orang kampanye. It was partai "Aves". Dan apa yang aku temukan ketika aku udah sampai depan. Mereka menuntun motornya! Pantes aja lama and I was like -________- Memangnya ini jalan kamu apa? seenaknya aja nuntun motor di tengah jalan. apalagi mereka pake gas-gas motor tuh. astaga telingaku sampai berdengung. Mereka sih enak udah persiapan pake penutup kuping. Lah, kami? Apa yang kami siapin?

Lalu, aku hampir mengalami kecelakaan di jalan juga gara-gara partai "Matador." (atau aku harus bilang The Bulls? Well, because it's red let me just say Matador). Aku lagi enak-enak naik motor di sabtu siang habis pulang kampus. Lalu tiba-tiba ada satu motor yang keluar dari jalurnya menuju jalurku (dia dan aku berada di jalur yang berlawanan arah) motor itu ditunggangi dua orang, yang dibelakang bawa bendera kebesaran (yang memang besar) mereka dengan bambu. I was okay kalau dia pegangnya tegak 90 derajat. Tapi dia bawa bendera 180 derajat! -_- Mereka itu punya otak apa enggak sih? Mau gitu ada orang mati? Toh ujung-ujugnya kalau sampai ada korban lalu masyarakat tahu pasti namanya tercoreng, kan?

Lalu atribut partai di jalanan yang paling umum... "bendera". di jalan aku menemukan banyak banget bendera. Dan ada satu bendera yang menarik berhatianku. yaitu benderanya partai Bulan Gandum. Besar banget! dan mereka mendirikan tiang benderanya (read: bambu) dengan miring! Stupid! Benderanya bahkan bisa kupegang dari atas motor! terlalu rendah! Apa sih maksudnya? Mau mencelakakan orang?

Aku masih kurang paham dengan cara kampanye partai politik di Indonesia. Kuno banget! dan meaningless. Apa maksud dari bleyer-bleyer di jalanan yang bikin macet? Mending kalau pakainya pertamax, ini masih pakai premium aja bangga. Pake bensin yang subsidi buat rakyat menengah bawah aja bangga. Mau bangga? Noh pakai harley davidson! Kece, macho, berkelas. Motor satria aja bangga, mana ada yang cuma pakai vario -_- murah!

Kenapa juga harus pakai gas-gas motor aneh yang bikin berisik dan tidak berirama. Selain polusi udara (mau nambah global warming lagi?) polusi suara juga nggak baik. Aku kutip dari wikipedia " orang yang tinggal di sekitar lingkungan tersebut dapat mengidap suatu penyakit atau dapat mengalami gejala stress,bahkan gila dan mengalami perubahan tekanan darah secara drastis, dan gangguan pada sistem pendengaran. Stress yang di derita karena orang yang tinggal di lingkungan tersebut merasakan ketidaknyamanan dan ketidaktenangan"  dan "Sehingga dampak yang paling nyata dari pencemaran suara tersebut adalah banyaknya orang yang mengalami tekanan darah tinggi dan gangguan pada sistem pendengaran. dampak ini yang biasanya paling banyak di temui di kehidupan sehari – hari. Suara kebisingan yang sangat tinggi dapat dengan mudah mempengaruhi suatu tekanan darah manusia dan dapat pula mengakibatkan gangguan fungsi jantung. Biasanya tekanan darah akan meningkat dengan cepat pada saat mendengar suara yang keras dan jantung juga akan berdetak lebih cepat."

Mending gitu ada iramanya, lagu indonesia raya biat kita meresapi jiwa kebangsaan atau lagu-lagu nasional yang lain. Nggak ada iramanya hanya bikin orang pusing kali. 

Nah kalau tiba-tiba aku tuli, will you be responsible? Kalau aku tuli aku kan jadi tidak bisa dengar janji manis caleg-caleg dari partai politikmu. Jadi aku akan cari yang wajahnya ganteng. Kamu ada stok caleg yang wajahnya ganteng emang?

Bukannya akan lebih baik kalau melakukan apa yang masyarakat suka? Yang bisa menarik perhatian kan begitu. meninggalkan kesan baik. Apa baiknya sih kampanye model itu? Seperti tidak berpendidikan! Sekolah, bung? Coba kalau kampanye dengan membuat hutan baru di daerah -daerah. Menyelenggarakan senam pagi, jalan sehat, atau apapun yang peduli lingkungan dan masyarakat. bukannya buat orang lain tidak nyaman.

It's kuno. Itu udah dari jalan aku kecil. BBM aja bisa di-upgrade kenapa gaya kampanye enggak? Mana ini kaum intelektual yang katanya bisa mengubah tatanan indonesia? Mana aparat negara yang mengayomi warganya, jalan aja bisa disewa. jalan itu dari duit rakyat, pak! Bukan duit aparat!

Upgrade tuh gaya pemilu juga. buang-buang kertas. pohon banyak ditebang tuh. pakai tuh sistem digital. Sistem informasi komputer kan indonesia sudah bisa. Model TPS juga nggak papa tapi nanti kan bisa dipinjemin komputer atau tablet siapa, kan gitu? Mudah, praktis, dan cepat.

It's 2014, bro. Still not using computer?

See? Indonesia aja nggak move on. Kalau kalian nggak bisa move on dari masa lalu ya nggak papa dong. 

Thursday, February 27, 2014

"Nggak Papa"

For some reason, I was wondering... kenapa sih orang-orang suka nulis status "nggak papa." Kalau memang nggak papa kenapa harus nulis status? Nggak ada yang tanya juga gitu. Mau nyari perhatian apa kode apa gimana?  Apa lagi kalau bikin emot dengan awalan " :' ". Apa gitu maksudnya?

Kalau di kehidupan sehari-hari, kadang juga nyebelin banget. Misalnya ada orang yang duduk diem di kelas terus ditanyain, "Kamu kenapa?" lalu dia jawab, "Nggak papa." sambil senyum kecil.

Aku pernah gitu. Seriusan. Tapi untuk sekarang kalau aku memang nggak papa aku akan diam.  Dibatin aja. I never seek for attention by being so weak like a sponge. Even Spongebob is who cries a lot is also "strong". Kalau memang kamu nggak papa, ya bersikaplah seolah-olah kamu tidak ada masalah, bersikaplah seperti biasa. Kenapa kalau kamu nggak papa kamu bersikap memelas gitu. Kalau memang kemu begitu ya bilang aja kalau lagi ada masalah tapi kamu nggak bisa ngomong masalahnya apa. Selesai, kan?

Aku dibesarkan dengan cara hardcore, aku seperti malu kalau menangis, menyatakan diri lemah di depan umum. Figurku yang besar memang tidak mendukungku untuk menjadi sangat "cewek". Aku juga punya masalah, tapi aku menyampung curhatanku di tempat yang menurutku benar. Di tempat yang tidak ada yang melihat (kalaupun ada itu orang-orang yang kamu percaya). Bukan untuk semua orang. Nggak semua orang harus tau kalau kamu sedih kok. Kalau kamu jatuh cinta. Kalau kamu ditaksir cowok. Kalau kamu habis putus.

Karena tidak semua hal harus kamu tulis di internet.

Aku mulai berpikir dengan cara kuno "menulis diari", semua orang akan lebih baik menjaga perasaannya untuk tidak urakan.

Sunday, February 23, 2014

Nggak tau ya

Jadi, Februari.
Masuk kuliah lagi. Laporan lagi. Kampus lagi. Olah raga lagi.
Semoga bisa jadi sibuk jadi bisa lebih tenang. Seperti lalat.

Masalahnya sekarang aku lagi belajar untuk mempercayai yang namanya harapan. Gimana, ya. Takut terlalu tinggi terus akhirnya jatuh nyungsrep ke dalam tanah. Nggak sakit kok, cuma mati rasa.

Dan cimta bertepuk sebelah tangan itu setidaknya sedikit lebih nyaman dari pada putus cinta...

salam kurang dari atau tiga.

Friday, January 3, 2014

The I King

Barusan aku lihat film The Lion King. Ada yang pernah nonton?
Buatku film itu terlalu megah pada zamannya. Dan lagi, It's a kid story yang dikemas untuk semua umur. Dan kerennya dari zaman aku pertama kali nonton sampai sekarang aku masih suka. Padahal film ini dirilis pada tahun 1994, lebih tua dari pada aku.

Buatku dulu, yang menarik dari film ini adalah musiknya. Megah!
Buatku sekarang, the sory line.

Simba adalah anak Raja Mufasa. Lalu Mufasa dibunuh oleh adiknya Scar namun Simba yang masih kecil saat itu dituduh yang telah membunuh Ayahnya sendiri. Dan dia harus berjuang sampai akhir tanpa Ayahnya.

Well, sort of like me. Aku begitu bergantung pada Ayah dulu. Aku juga merasa asing dengan diriku sendiri ketika bulan-bulan pertama aku dia tinggalkan. Tapi Aku menjadi Simba dewasa kemudian. Berjuang sampai akhir tanpa Ayahnya, dengan usahanya sendiri (Oh ya, teman-temannya menolong).

Dan.. satu pelajaran lagi yang aku dapat dari menonton film ini. " Oh yes, the past can hurt. But from the way I see it, you can either run from it, or... learn from it."

Simba punya kenangan buruk. Simba juga punya permasalahan di hidupnya. Dia pernah melarikan diri (well,  anggap saja waktu itu dia masih balita. Nggak ada yang tau umur Simba, kan? Lagi pula kedewasaan seorang manusia dan seekor singa tidak bisa dibandingkan). Tapi dia kemudian sadar bahwa melarikan diri tidak menyelesaikan permasalahan.

That's it! Jangan pernah kabur dari masalah! Selesaikan!

Dan itu akan menjadi peganganku sekarang.

I am the I king. 

Realistis

Pernah dengar, "Kunci sukses itu adalah menjadi lebih baik daripada orang lain."

Menurutku, itu mustahil. Karena jika seseorang mengatakan, "Aku lebih baik darinya, " ketika itu juga ada seseorang yang mengatakan. "Aku lebih baik darimu."

Tidak akan ada habisnya. Tidak akan pernah ada yang lebih baik.